Tulisan yang ada di hadapan pembaca ini bukanlah berasal dari naskah akademik formal, tulisan ini lahir dari pembacaan dan perenungan terhadap problem kemanusiaan dimana cenderung menempatkan umat islam sebagai object di tengah krisis kemanusiaan dan kegamangan modernitas. Umat yang didaulat Allah SWT sebagai “umat terbaik” cenderung tidak menemukan titik relefansi antara cita ideal islam dengan bangunan peradaban. Kegagalan mengaktualisasikan pesan-pesan kemanusiaan sang nabi dan kegagalan menangkap makna zaman memposisikan peradaban umat islam sebagai peradaban pinggiran, hanya mampu menjadi saksi bisu karena ketidakmampuan berdialektika di tengah perubahan sosial. Tema seputar problem kemanusiaan dan bagaimana seharusnya respon umat islam akan coba didiskusikan dalam buku ini.
Apa yang terjadi dengan “umat terbaik” ini, merupakan pertanyaan yang selalu menganggu pikiran dan menghentakkan jiwa. Umat yang seakan berhenti pada kemiskinan, kebodohan, kemelaratan yang bermuara pada keterbelakangan dalam laju peradaban. Kita, sesuai cita-cita ideal Islam, merindukan kembali umat ini berada pada puncak roda peradaban, untuk kembali menjadi contoh peradaban, guru kemanusiaan dan mata air ilmu pengetahuan. Tentu, berbicara tentang agenda kebangkitan umat Islam adalah pembicaraan yang tak akan pernah selesai, selalu saja akan ada kekurangan.
Dalam setiap babak perjalanan sejarahnya, umat Islam tidak dapat lari dari perubahan sosial, apakah itu berimplikasi negatif atau tidak. Masa kemunduran Islam telah menempatkan “umat terbaik” ini di pinggir terluar peradaban. Masa imperialisme dan kolonialisme telah benar-benar menempatkan negeri-negeri muslim dalam posisi terjajah. Babak sejarah kini tetap berlangsung, kini umat islam bukan hanya menghadapi krisis yang menimpa dirinya, tetapi juga krisis yang melanda manusia modern pada umumnya. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknlogi memiliki kecendrungan menjadi berhala anak sapi emas yang manusia ciptakan sendiri. Merebaknya segala jenis kemungkaran sosial yang ditandai dengan angka-angka krisis kemanusiaan seperti kemiskinan, ketidakadilan ekonomi, pelanggran HAM, pendudukan militer, politik monopoli, kerusakan lingkungan, kebodohan dan pembodohan, menjadi barang yang akrab dengan kemanusian modern.
Deretan krisis kemanusiaan yang terjadi sedang benar-benar menempatkan umat islam pada titik subordinat Umat Islam belum bisa menjadi “saksi peradaban manusia” (Syuhada’a ‘ala annas, sesuai perintah al-qur’an) ditengah krisis kemanusiaan ini, justru umat islam menjadi objek dehumanisasi, ketidak adilan dan penindasan. Kisah tragis “kematian tuhan” yang terjadi di Barat justru menjadikan manusia kehilangan petunjuk, semakin pesimis akan masa depan kemanusiaan. Islam dengan kualitaas ajarannya yang autentik seharusnya mampu untuk memberikan solusi terhadap kondisi kemanusiaan ini yang diwarnai dengan merebaknya segala jenis kemungkaran sosial.
Reviews
There are no reviews yet.